Dulu, ketika Lebaran tiba, desa-desa penuh dengan keriuhan. Anak-anak berlarian dengan wajah sumringah, suara bedug bertalu-talu, dan deretan rumah yang selalu terbuka untuk menyambut tamu. Momen-momen seperti itu membentuk kenangan indah yang terus dikenang hingga sekarang. Namun kini, setelah hari ketiga Lebaran, suasana sudah jauh berbeda. Jalanan desa yang dahulu dipenuhi canda tawa kini lebih sepi, hanya tersisa sedikit aktivitas yang bisa ditemui. Bagi banyak orang, Lebaran tak hanya sebatas hari ibadah, tetapi sebuah momen penuh kebersamaan yang sudah mulai luntur seiring berjalannya waktu. Dulu, Lebaran di desa terasa lebih meriah dan lebih lama, dengan waktu yang lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara. Kini, suasana yang dulu terasa hidup semakin tereduksi, dan jalanan yang dulunya ramai dengan anak-anak bermain kini hanya menyisakan kesunyian.

Bagi generasi yang tumbuh di era 90-an, Lebaran adalah ajang reuni yang tidak hanya berlangsung sehari-dua hari, tetapi bisa berminggu-minggu. Silaturahmi dilakukan dari rumah ke rumah, tanpa perlu janjian di grup WhatsApp. Setiap rumah menyediakan makanan dan minuman khas Lebaran untuk menyambut para tamu. Di sepanjang gang desa, terdengar suara anak-anak bermain gobak sodor atau kelereng, sementara orang dewasa bercengkerama di teras rumah. Mereka membicarakan segala hal, mulai dari cerita lama hingga perkembangan hidup masing-masing. Malam harinya, pertunjukan sandur, pencak dor, terbang bancahan, dan hiburan rakyat lainnya menjadi tontonan wajib yang mengikat kebersamaan antarwarga. Hiburan rakyat seperti ini menciptakan suasana yang ramai dan meriah, membawa masyarakat desa semakin dekat satu sama lain. Lebaran memang menjadi saat yang sangat dinantikan setiap tahunnya, karena selain beribadah dan berkumpul dengan keluarga, juga menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan sosial dengan sesama warga desa.
Kini, suasana itu seperti bayangan masa lalu yang semakin memudar. Para perantau yang dahulu menghabiskan waktu lebih lama di kampung, kini segera kembali ke kota setelah Lebaran hari kedua atau ketiga. Banyak dari mereka yang pulang hanya sebentar untuk merayakan Lebaran bersama keluarga, namun segera kembali ke rutinitas dan pekerjaan mereka di kota. Alasan pekerjaan dan kesibukan yang semakin meningkat membuat momen berkumpul terasa singkat. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan komunikasi jarak jauh melalui pesan singkat atau panggilan video, mengurangi interaksi langsung yang dulu menjadi ciri khas Lebaran. Tentu saja, meskipun masih ada yang saling mengunjungi rumah untuk bersilaturahmi, semakin sedikit yang melakukannya, karena kebanyakan memilih cara yang lebih efisien melalui media sosial atau aplikasi chatting.

Pemerintah dan masyarakat tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahan ini. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga tradisi, seperti mengadakan festival budaya, upacara adat, dan acara kolaborasi antarwarga untuk mempererat kebersamaan. Namun, realitas tetap tidak bisa dipungkiri—kehidupan modern telah menggeser kebiasaan lama yang sudah lama tertanam di masyarakat. Meskipun masih ada semangat untuk menjaga tradisi dan kebersamaan, intensitas kebersamaan sudah tidak seperti dulu. Kegiatan-kegiatan budaya yang dulu menjadi kebanggaan bersama, kini hanya dijalankan oleh segelintir orang yang masih peduli. Masyarakat lebih memilih hiburan yang lebih mudah diakses, atau bahkan memilih untuk menghabiskan waktu di rumah saja tanpa harus berpartisipasi dalam acara adat atau hiburan rakyat.
Salah satu faktor terbesar dalam perubahan ini adalah urbanisasi. Banyak generasi muda yang memilih merantau, dan ketika pulang, mereka hanya memiliki waktu terbatas untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman. Ketergantungan pada pekerjaan dan karir di kota besar membuat banyak orang lebih memilih waktu Lebaran yang singkat, agar bisa kembali ke pekerjaan mereka dengan segera. Selain itu, perkembangan teknologi telah mengubah cara orang berkomunikasi. Jika dahulu Lebaran adalah momen berkumpul dan bertukar cerita langsung dari hati ke hati, kini cukup dengan mengirimkan ucapan digital melalui pesan singkat atau panggilan video. Meskipun begitu, ada rasa kehilangan yang muncul, karena hubungan sosial yang lebih intens di masa lalu kini terasa lebih dangkal dengan teknologi yang ada.

Tidak hanya interaksi sosial yang berubah, hiburan Lebaran juga ikut bergeser. Jika dulu orang rela berbondong-bondong menyaksikan pertunjukan seni tradisional, kini banyak yang lebih memilih menghabiskan waktu dengan menonton konten digital di gadget masing-masing. Hiburan rakyat yang dulu menjadi sumber kebersamaan di antara masyarakat desa kini kurang diminati, digantikan oleh hiburan yang lebih praktis dan personal. Perlahan, tradisi yang dulu menjadi kebanggaan desa mulai berkurang peminatnya. Hal ini bisa dilihat dari semakin sedikitnya jumlah orang yang datang ke acara seni tradisional, atau bahkan semakin langkanya pertunjukan yang diadakan di desa. Hiburan digital memang lebih praktis, namun kehilangan kebersamaan yang dulu ada dalam hiburan rakyat seperti sandur, pencak dor, atau terbang bancahan tentu menyisakan kerinduan bagi banyak orang yang tumbuh dengan tradisi tersebut.
Meski begitu, bukan berarti kebersamaan harus hilang begitu saja. Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri, dan tugas kita adalah menemukan cara agar nilai-nilai silaturahmi tetap terjaga. Mungkin kita tidak bisa kembali ke masa lalu, namun kita bisa mencari cara baru untuk merayakan Lebaran yang tetap bermakna. Teknologi bisa kita manfaatkan untuk mendekatkan yang jauh, namun kita juga tidak boleh melupakan pentingnya bertemu langsung, berbagi cerita, dan merayakan kebersamaan. Perubahan memang tak bisa dihindari, tetapi bukan berarti kebersamaan harus ikut hilang. Kita bisa menjaga semangat kebersamaan dalam bentuk yang lebih relevan dengan zaman, dengan tetap menghargai tradisi dan menyesuaikannya dengan kebutuhan generasi yang sekarang.
Apakah kamu juga merasakan perubahan ini? Bagaimana suasana Lebaran di desamu sekarang dibandingkan dengan masa lalu? (myp/red)