Tuban, 31 Agustus2024 — Malam yang cerah di Tuban menjadi saksi dari sebuah perhelatan spektakuler yang penuh dengan kearifan lokal dan kebersamaan. Tuban Spectra Night Carnival, yang tahun ini mengusung tema “Larung Sesaji Pesisir Tuban,” berhasil menghadirkan sebuah pertunjukan budaya yang memukau. Dengan melibatkan empat kecamatan—Singgahan, Parengan, Senori, dan Montong—acara ini menjadi bukti nyata dari kolaborasi yang solid antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Dipimpin oleh Cahyadi Wibowo, Camat Singgahan, kolaborasi ini lahir dari semangat untuk mempererat hubungan antar kecamatan dan lembaga di wilayah eks pembantu bupati Singgahan. Bersama dengan Dharmadin Noor, Camat Parengan; Kisdarto, Camat Senori; dan Agus, Camat Montong, Cahyadi Wibowo berhasil mengkoordinasikan persiapan karnaval yang hanya berlangsung selama tujuh hari. Meskipun waktu yang singkat, kerja sama ini berhasil menghadirkan sebuah pertunjukan yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga sarat akan makna budaya dan tradisi lokal.
Karnaval ini tidak akan sukses tanpa dukungan penuh dari lembaga pendidikan setempat. Kepala SMPN 1 Singgahan, Subagiyono, dan Kepala SMKN 1 Singgahan, Samiaji Achmad, menjadi tokoh kunci dalam melibatkan siswa dan guru dari kedua sekolah tersebut. Guru-guru seperti Diyah Pitaloka dan Hanin, yang bertindak sebagai koreografer, membawa nuansa tradisi ke dalam setiap gerakan tarian. Mereka menciptakan koreografi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari nelayan, dari persiapan melaut hingga puncaknya, yaitu prosesi Larung Sesaji, sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat pesisir Tuban sebagai ungkapan syukur atas berkah laut.
Dalam karnaval ini, musik memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang magis dan sakral. Eko Hardoyo, seorang komposer berbakat yang juga menjabat sebagai Kasi Trantib Kecamatan Parengan, menggabungkan irama gamelan dengan unsur-unsur modern untuk menghasilkan musik yang menyatu dengan gerakan para penari. Setiap nada yang dimainkan memperkuat narasi visual dari prosesi Larung Sesaji, membuat penonton merasa seolah-olah mereka ikut terlibat dalam ritual yang ditampilkan.
Penampilan musik gamelan yang memukau menjadi salah satu daya tarik utama dari karnaval ini. Tim penabuh gamelan dari Sanggar Seni Ngripto Raras, yang berbasis di Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, memberikan kontribusi yang sangat berarti. Dengan keahlian mereka, gamelan yang dimainkan mengisi malam dengan suara yang merdu dan menambah kedalaman atmosfer acara. Para penabuh gamelan ini bekerja sama dengan anggota tim lainnya untuk memastikan bahwa musik yang dihasilkan mampu menyatu sempurna dengan setiap elemen pertunjukan.
Tak kalah pentingnya adalah peran dari dua kapal besar yang menjadi pusat perhatian dalam karnaval ini. Kapal-kapal tersebut dirancang dengan detail yang luar biasa oleh Suko dan Nuzul Hadi Sutrisno, guru dari SMPN 1 Singgahan, dan mendapat dukungan penuh dari Susanto, Kepala Tata Administrasi SMAN 1 Singgahan. Kapal-kapal ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga sebagai panggung bergerak untuk penampilan musik live yang ditampilkan sepanjang rute karnaval. Dengan desain yang megah dan fungsional, kapal-kapal ini berhasil menarik perhatian dan decak kagum dari penonton, menjadikannya salah satu sorotan utama dari Tuban Spectra Night Carnival.
Di sepanjang rute karnaval, mulai dari titik start hingga finish, penonton disuguhi sebuah pertunjukan yang berjalan mulus tanpa jeda. Setiap adegan dan gerakan telah dikoreografikan secara rinci, memastikan bahwa semua anggota tim bertindak sesuai dengan skenario yang telah disusun oleh Windyo Suprasono, Art Director dari Kecamatan Singgahan, dan Mohdi Yulianto Prabowo, seorang guru dari SMAN 1 Singgahan. Hasilnya adalah sebuah penampilan yang kohesif dan menyeluruh, di mana musik, tari, dan properti saling melengkapi satu sama lain.
Lebih dari sekadar sebuah pertunjukan, Tuban Spectra Night Carnival menjadi momen penting untuk memperkuat ikatan sosial antar kecamatan dan lembaga pendidikan. Inisiatif ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi dalam melestarikan tradisi dan nilai-nilai budaya lokal. Cahyadi Wibowo dan rekan-rekannya dari Parengan, Senori, dan Montong berhasil menunjukkan bahwa melalui kerja sama yang kuat, segala sesuatu dapat dicapai, termasuk menghidupkan kembali tradisi Larung Sesaji yang sarat makna.
Tuban Spectra Night Carnival tahun ini bukan hanya sebuah ajang hiburan bagi masyarakat, tetapi juga sebuah upaya nyata untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya lokal. Pertunjukan yang dihasilkan dari kolaborasi ini menjadi bukti bahwa semangat kebersamaan dan kerja keras mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan tak terlupakan, baik bagi para peserta maupun penonton. Melalui acara ini, semangat dan kebanggaan terhadap tradisi lokal semakin tumbuh, menjadikan Tuban bukan hanya sebagai kota yang kaya akan sejarah, tetapi juga sebagai tempat di mana budaya dan tradisi terus hidup dan berkembang.