Coaching untuk Transformasi: Pelajaran Berharga dari Alur TIRTA

Dunia pendidikan terus berkembang, dan para pengajar dituntut untuk selalu berinovasi dan meningkatkan kemampuannya. Salah satu pendekatan yang semakin banyak diminati adalah coaching. Coaching tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan diri, namun juga dapat menjadi alat yang ampuh untuk memberdayakan rekan pendidik lainnya.

Baru-baru ini, saya berkesempatan untuk mengikuti pembelajaran Coaching melalui alur TIRTA. Pengalaman ini membuka mata saya terhadap potensi luar biasa dari coaching, dan saya ingin berbagi beberapa perubahan yang ingin saya lakukan setelah mengikuti program ini:

1. Lebih Sabar dan Rinci dalam Proses Coaching

Sebelumnya, saya terkadang terburu-buru dalam sesi coaching, yang bisa mengurangi keefektifan sesi tersebut. Melalui alur TIRTA, saya belajar pentingnya membangun rapport, menggali informasi secara detail, dan merumuskan pertanyaan yang tepat. Dengan kesabaran dan ketelitian, saya yakin dapat membantu rekan guru (coachee) dengan lebih baik dan mencapai hasil yang optimal.

2. Coaching: Lebih dari sekadar Pemecahan Masalah

Selama ini, pemahaman saya tentang coaching terbatas pada pengembangan diri dan pemecahan masalah. Namun, alur TIRTA menunjukkan bahwa coaching dapat diterapkan secara luas. Coaching bisa digunakan untuk perencanaan, refleksi, dan kalibrasi. Ini membuka peluang untuk memanfaatkan coaching dalam berbagai aspek, baik di sekolah maupun di kehidupan pribadi.

3. Mendengarkan Aktif: Kunci untuk Memahami Coachee

Salah satu penekanan penting dalam alur TIRTA adalah mendengarkan aktif. Sebelumnya, saya mungkin lebih sering berbicara daripada mendengarkan coachee. Kini, saya berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif agar dapat memahami kebutuhan dan perspektif coachee dengan lebih baik, sehingga saya bisa memberikan dukungan yang tepat.

4. Pertanyaan Berdaya: Memunculkan Potensi Coachee

Alur TIRTA menekankan pentingnya menggunakan “pertanyaan berdaya” dalam coaching. Pertanyaan ini tidak memberikan jawaban langsung, namun justru membantu coachee menemukan solusi mereka sendiri dan meningkatkan rasa percaya diri. Saya ingin melatih diri untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan berdaya agar coachee dapat mencapai potensi terbaiknya.

5. Komitmen untuk Menjadi Coach yang Efektif

Pembelajaran dari alur TIRTA memotivasi saya untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan coaching. Saya berencana untuk mengikuti pelatihan coaching lebih lanjut dan mempelajari berbagai teknik coaching yang baru. Dengan dedikasi dan usaha yang berkelanjutan, saya yakin dapat menjadi coach yang handal dan bermanfaat bagi rekan pendidik lainnya.

Coaching adalah sebuah perjalanan pembelajaran yang berkelanjutan. Pengalaman dengan alur TIRTA hanyalah langkah awal. Saya berkomitmen untuk terus menerapkan perubahan-perubahan ini dan berkembang menjadi coach yang profesional. Semoga pengalaman ini juga dapat menginspirasi rekan pendidik lainnya untuk memanfaatkan coaching sebagai alat untuk transformasi diri dan pendidikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top